Pikiran dan tubuhku kubawa berjalan sejauh mungkin, tetapi hatiku tertinggal untukmu.
Kehilangan adalah asumsi
Asumsi kita pernah memiliki
Andaikan aku tak pernah berasumsi pernah memilikimu
akupun tak kan pernah kehilanganmu
“Nasi putih dan iga goreng.”
Lalu kita tertawa bersama menikmati siang
menutupi kelam perasaan yang seringkali nikmat di saat-saat yang paling menyakitkan
“Teh manis hangat, aku juga sama.”
Gula diaduk-aduk, larut dalam air, menghilang tak berbentuk, tetapi terasa.
Aku tak bisa menghitung kadarnya, tetapi aku bisa tahu manisnya.
sama seperti aku berasumsi pernah memilikimu, kini aku kehilanganmu
Kamu marah, marah terhadap semua, marah terhadap kamu, marah terhadap aku
Marah terhadap kenyataan, marah terhadap iga goreng, nasi putih dan teh manis hangat.
Lalu aku berasumsi sekali lagi,
bahwa kamu pergi, membawa semuanya bersamamu.
Gucci Rush dan Bvlgari..
Semprotkan ke udara, diaduk oleh perbedaan tekanan, lalu kita hadir di depanku.
Mau kemana hari ini? Mau kemana besok? (cinta) dalam tanda kurung
Jam 7 pagi, semua masih sepi
Aku di pikiranmu, bertumpuk dengan kertas-kertas dan data-data
Aku masih tidur (cinta) dalam tanda kurung,
sahutku di sela-sela mimpi yang entah baik entah buruk.
Siang-siang panas, macet, lelah.
Sore hari lelah, terpaksa, sedikit lega.
Malam hari membalikkan badan, menatap tembok, aku di sana.
Aku (cinta) mu, yang di dalam kurung.
Berhenti berasumi, berhenti memiliki.
Aku dalam pikiranmu.. berhenti.
Aku menatapmu, bersembunyi dalam cerita sedihmu.
Satu juta semoga dan ratusan ribu akankah mengalir dari tatapan mata kita.
Sekarang masih sama…
Satu juta semoga, ratusan ribu harapan dan (cinta) dalam tanda kurung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar